Jumat, 12 Desember 2014

1R7L

**
BAB
LILIANA

   Perempuan itu persis putri Solo, ia berada diantara para ibu muda yang sedang mengantar anak-anak mereka yang sekolah di TK yang ada di perumahan sebelah. Terlihat ramah dengan yang lain, suaranya terdengar nyaring meski terkesan manja. Hanya sekilas aku meliriknya lalu pulang setelah mengantar anakku tidak seperti yang lain menunggu mereka di halaman sekolah tapi aku selain anakku tidak mau ditunggui aku juga memang harus pulang karena harus masak dan mengerjakan pekerjaan rumah yang lainnya.
   Liliana sepertinya akrab dengan salah satu guru TK di sana karena tidak jarang aku melihat mereka berdua berbincang saat aku menjemput putraku. Namun setelah aku ketahui ternyata perempuan itu hanya mengantar dan menemani anak majikannya dan terlihat sekali ia begitu menyayangi anak itu. pernah aku melihat ia memandangku sekilas seolah penasaran dengan sosokku yang pada umumnya menilai cuek, tapi apa pedulinya. Tidak tahu apa yang menyebabkan aku menyukai priabadinya, mungkin karena keikhlasannya mengajar, membantu anak itu membuat PR setiap malam lantaran ibunda anak itu bekerja dan selalu pulang diatas pukul tujuh malam juga kepandaiannya dalam memasak. Namun dibalik itu ternyata ia punya sifat yang rada cerewet dan bawel ke arah yang benar. Perempuan yang masih single, gigih dalam bekerja membantu keluarga, berwawasan luas dan tidak menyangka kalau ia sekedar lulusan SMP. Meski ia memimpikan sekali mengenakan seragam putih abu-abu namun tak kesampaian lantaran ketidakmampuan kedua orang tua dan setelah dewasa ia membantu orang tua agar adik-adiknya tidak bernasib sama dengannya.
   Satu hal yang tidak begitu berkenang dengan sifatnya yang tidak segan meminta pertolongan kepada siapa saja bahkan meminta tolong ke arah yang memerintah, tapi ia punya sisi baik yaitu suka memberi masukan kepada teman-temannya dan tidak segan menasehati orang yang lebih muda darinya. Sempat diliputi rasa cemburu teman lantaran aku punya teman yang lebih darinya. Aku sering mengunjungi rumahnya yang masih satu komplek denganku, setiap kali datang ia selalu memperlakukanku dengan baik, membuat kopi bahkan selalu memintaku makan kalau ia sudah selesai masak. Masakannya memang selalu enak. Satu hal yang tidak pernah aku mengerti darinya mengapa ia punya tenaga yang sangat luar biasa dalam mengurus semua pekerjaan rumah belum lagi harus mengantar, menjemput, dan mengajar anak majikannya di malam hari sampai anak itu menjadi rengking di kelasnya. Ia mengakui sangat senang berteman denganku karena aku tidak memilih teman dalam hal status sosial, akupun bisa melihat ia bisa berteman dengan kalangan siapa saja. Pun anak mahasiswa, guru bahkan orang yang sudah menikah seperti aku. Orang yang dekat dengannya bisa juga dekat denganku.
   Ia punya kakak perempuan yang bekerja di Hong Kong sudah cukup lama dan sejujurnya dia juga punya keinginan besar untuk bekerja di sana. Ia pernah masuk dalam karantina sebagai calon tenaga kerja untuk ditempatkan di Hong Kong namun setelah selesai pelatihan ia tidak bisa diberangkatkan karena kondisinya kurang fit sehingga membuatnya sangat kecewa namun aku yakin semua itu sudah diatur sama Tuhan. Liliana kembali bekerja di tempat lamanya untuk membantu keluarga yang berasal dari kampung halamannya Surabaya. Tadinya aku pikir dia adalah keponakan dari orang yang punya rumah namun setelah aku mendengar ia memanggil ‘Bu’ semacam panggilan asisten rumah tangga kepada nyonya rumah mengertilah aku kalau ia hanya sebagai asisten rumah tangga. Kecurigaanku bukan tanpa alasan karena aku melihat apapun yang ia lakukan kesannya dia adalah salah satu dari keluarga itu yang aku lihat semua yang ia lakukan adalah tulus, tak memperlihatkan jarak antara orang lain dan ia memperlakukan anak majikannya layaknya anaknya sendiri. Ia marah kalau anak itu salah dan memuji kalau anak itu pintar. Yang punya rumahpun tidak bisa mengatur anaknya kalau bukan Liliana. Keluarga itu tentunya sangat  beruntung memiliki asisten rumah tangga yang seperti Liliana meski sebenarnya mereka adalah berasala dari Provinsi yang sama.
   Ia punya pacar seorang pemuda yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat majikannya, pemuda yang tidak biasa. Punya dua adik perempuan seusia Liliana dan bisa juga dekat dengan Liliana. Lama juga mereka menjalin kasih sehingga pria itu akhirnya berpaling ke perempuan lain mungkin ia dipengaruhi teman-temannya untuk menjauhi Liliana karena statusnya tapi bisa juga ada hal lain. Namun aku bisa melihat kalau pria itu sebenarnya sangat resfect dengan Liliana, semua itu terjadi karena Liliana bisa menjaga kehormatannya.
   Sebelum Liliana pulang kampung ia memberikan sebuah buku kecil yang sudah ia isi.

To : Helen,
   Buat aku pribadi kamu itu adalah sumber keceriaan, karena siapapun orangnya kalau dekat dengan kamu pasti akan selalu ceria. Kamu kreatif, selalu punya ide-ide yang membuat dirimu tidak pernah membosankan baik buat diri sendiri maupun orang lain.. salah satu contohnya dengan hobi menulis itu.
   Kamu itu tipe orang yang bisa menarik perhatian siapa saja yang melihat terutama kamu pria. Romatis dan mungkin  itu barangkali sebab orang banyak menyukaimu. Ramah, mungkin pada awalnya aku bisa mengatakan kalau kamu adalah orang yang sombong, tapi setelah aku kenal ternyata kamu adalah orang yang cukup ramah dan dari sekian orang yang aku kenal juga mengatakan kalau kamu adalah orang yang ramah aslinya.
   Tipe orang yang idealis, di mataku kamu adalah sosok orang yang selalu bisa mandiri, tidak mau bergantung pada orang lain tak terkecuali pada suami sendiri. Banyak memulai sesuatu namun enggan menyelesaikannya sehingga membuat orang tambah penasaran.
   Sosok yang suka menolong orang lain, dan bersedia melakukan banyak hal untuk mewujudkannya. Sosok yang bisa mengerti dan memahami sahabat dan menghargai arti persahabatan. Nah! Kamu itu termasuk orang yang egois juga dan keras kepala tetapi bukan berarti aku membencimu, justru aku sayang sama kamu Helen....
   Kalau soal ada yang bilang kamu itu adalah sosok yang nafsuin mungkin itu tergantung orang yang melihat dari sisi mananya.... negatif atau positif.. kalau buat aku melihat dari segi positifnya... karena yang terpancar dari dirimu adalah kasih sayangmu dan keromantisanmu. Dan satu hal yang pasti bisa aku rasakan adalah kamu itu bisa menjadi seorang Ibu, kakak, teman, dan sahabat...terutama untuku.
   Maat yaa.... Helen.... kalau ada kata-kataku yang kurang berkenan di hatimu aku sekali lagi minta maaf tetapi yaitulah sosokmu di mataku.
Aku sayang kamu,
Liliana.


    Buku itulah yang Liliana tinggalkan dan ia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di tempat itu, keinginannya untuk kembali bekerja di luar selalu mengganggu ketenangannya sehingga ia terus berobat sampai penyakitnya tidak lagi terdeteksi membuatnya ingin masuk pelatihan lagi, setelah menguasai bahasa negara itu namun pas tes kesehatan ia kembali gugur karena penyakitnya kembali kambuh. Liliana menelepon aku menjelaskan semuanya dan ia mengatakan menyesali semua usahanya, ia pun menangis dan aku hanya mengatakan mungkin itu bukan jalan yang terbaik untukmu... dan jangan pernah menyesali semua ilmu yang telah didapat karena pasti ada manfaatnya suatu saat nanti. Tuhan memang selalu punya rencana diluar dugaan umat-Nya namun itu pasti yang terbaik meski kita tidak menyadarinya. Kesedihan Liliana semakin jadi karena adik perempuannya malah bisa pergi meski sebenarnya dia yang sangat menginginkan agar bisa pergi.
   Taklama setelah itu Liliana menemukan jodohnya meski mereka tidak lama saling kenal.. tadinya ia mengatakan tidak punya perasaan lebih kepada pria itu sehingga aku sempat melarang ia menikahi pria itu dengan alasan jangan mengulangi kesalahan yang telah aku lakukan. Liliana memberi alasan kalau pria itu sangat baik kepadanya meski perasaannya biasa-biasa saja ia pun menerima pria baik itu. aku memang tidak kenal dengan pria itu namun Liliana sempat memberi waktu padaku untuk kenal melalui telepon, aku mengatakan pada pria itu untuk menjaga Liliana dan jangan pernah menyakiti hatinya. Pria itu anak tunggal seperti keinginan Liliana yang sempat mengatakan ingin mencari pasangan hidup dari anak pasangan yang hanya punya satu anak. Mereka tinggal di Provinsi yang sama. Setelah menikah, Liliana datang ke Jakarta mengunjungi rumah mantan majikannya dan tentunya menemui aku, itu pertama kalinya aku bertemu dengan suaminya. Kesan yang aku lihat pertama pria itu polos dan baik.
   Liliana mengatakan dengan berjalannya waktu ia bisa mencintai pria itu membuat aku mengucap syukur karena bagaimanapun juga aku tidak ingin ia mengalami nasib yang sama seperti aku. Liliana melahirkan seorang putra dan kini putra hanya satu sama seperti aku. Sejak kenal dengan Liliana aku merasakan bagaimana ia kehilangan ibunya, dan adik perempuannya yang sudah memiliki suami namun belum punya anak. Sebelum meninggal aku sempat bertemu dengan adiknya sehingga aku membuatkan sebuah novel meminjam namanya atas izin Liliana juga.
   Liliana perempuan lembut dengan sikap keras menghadapi adik-adiknya meski ia bukanlah anak pertama melainkan anak ke dua namun di dalam keluarga ia punya peran penting apalagi sejak ibunya tiada. Kini salah satu adik laki-lakinya bekerja di Korea.

............>>>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar