Bab 1
7 Februari 2000
Sore itu,
seorang gadis kecil terlihat sedang asyik duduk bersandar pada kaki ayahnya
yang lagi fokus menonton pertandingan babak penyisihan turnamen bola voli antar
kampung yang diadakan tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.
Ada beberapa anak kecil yang juga ikut
menonton bersama orang tua mereka, tapi kebanyakan anak-anak hanya menghabiskan
waktunya untuk jajan di tempat itu yang kebetulan banyak pedagang dadakan
selalu hadir setiap ada momen yang menghadirkan keramaian. Tapi gadis yang
berusia sekitar tujuh tahun itu malah asyik sekali melihat para pemain voli
yang sedang berlaga itu tanpa merasa terusik dengan berisiknya suara komentator
dari pengeras suara yang disediakan oleh panitia pelaksana turnamen.
Mereka duduk tidak terlalu dekat lapangan
karena ayahnya mungkin takut anaknya kena
smash oleh ketiga pemain
nasional yang kebetulan masuk pada salah satu tim yang sedang berlaga di
lapangan itu.
Pria-pria jangkung yang sedang membela
tim mereka terlihat gesit sekali melakukan passing
dan tossing
bola pada temannya lalu sang spiker
menuntaskan operan itu dengan strong
spike-nya. Semua momen dan gerakan dari para pemain itu tak pernah lepas
dari mata si gadis kecil, dan detik berikutnya ia berdiri dan melompat
kegirangan saat salah satu pemain berhasil mem-block.
“Min, hati-hati, Nak” ujar ayahnya takut anak itu jatuh karena
melompat seolah ingin meniru sang blocker
tadi.
“Dia hebat Ayah!” teriaknya dengan suara
nyaring bercampur dengan suara-suara riuh dan tepuk tangan para penonton.
***
Gadis itu segera turun dari motor butut
ayahnya lalu berlari ke dalam rumah untuk mencari ibundanya.
“Ibu, Monette baru saja menonton bola
sama Ayah.”
“Ya, Ibu tahu.” Sahut ibunya yang
kebetulan sedang menonton televisi karena tadi suaminya sudah pamit. Gadis
kecil itu ikut duduk di depan tivi sedang adik laki-lakinya berlari menemui
ayahnya untuk diajak keliling kampung naik motor.
“Bu, Monette mau ikut main seperti
kakak-kakak di lapangan itu.” Ujar gadis kecil itu dengan semangat seolah ia
masih bearada di dekat lapangan voli.
“Apa?” wanita tiga puluhan itu kaget
mendengar permintaan anak gadisnya. “Main bola?
Tidak!
Anak perempuan tidak boleh main bola kaki, main bola itu pekerjaannya anak
laki, kamu sekolah saja nanti jadi dokter atau jadi pramugari.” Tukasnya
mengira gadis kecilnya ingin bermain bola kaki.
“Tidak, jadi pramugari nanti pesawatnya
jatuh, Monette ikut jatuh.” Kata gadis kecil itu
dengan
polosnya.
====Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar