Kamis, 11 April 2013

Si Monette






Bab 1
7 Februari 2000
Sore itu, seorang gadis kecil terlihat sedang asyik duduk bersandar pada kaki ayahnya yang lagi fokus menonton pertandingan babak penyisihan turnamen bola voli antar kampung yang diadakan tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.
       Ada beberapa anak kecil yang juga ikut menonton bersama orang tua mereka, tapi kebanyakan anak-anak hanya menghabiskan waktunya untuk jajan di tempat itu yang kebetulan banyak pedagang dadakan selalu hadir setiap ada momen yang menghadirkan keramaian. Tapi gadis yang berusia sekitar tujuh tahun itu malah asyik sekali melihat para pemain voli yang sedang berlaga itu tanpa merasa terusik dengan berisiknya suara komentator dari pengeras suara yang disediakan oleh panitia pelaksana turnamen.
      Mereka duduk tidak terlalu dekat lapangan karena ayahnya mungkin takut anaknya kena
smash oleh ketiga pemain nasional yang kebetulan masuk pada salah satu tim yang sedang berlaga di lapangan itu.      
      Pria-pria jangkung yang sedang membela tim mereka terlihat gesit sekali melakukan passing dan  tossing bola pada temannya lalu sang spiker menuntaskan operan itu dengan strong spike-nya. Semua momen dan gerakan dari para pemain itu tak pernah lepas dari mata si gadis kecil, dan detik berikutnya ia berdiri dan melompat kegirangan saat salah satu pemain berhasil mem-block.
       “Min, hati-hati, Nak” ujar ayahnya takut anak itu jatuh karena melompat seolah ingin meniru sang blocker tadi.
       “Dia hebat Ayah!” teriaknya dengan suara nyaring bercampur dengan suara-suara riuh dan tepuk tangan para penonton.  
***


       Gadis itu segera turun dari motor butut ayahnya lalu berlari ke dalam rumah untuk mencari ibundanya.
       “Ibu, Monette baru saja menonton bola sama Ayah.”
       “Ya, Ibu tahu.” Sahut ibunya yang kebetulan sedang menonton televisi karena tadi suaminya sudah pamit. Gadis kecil itu ikut duduk di depan tivi sedang adik laki-lakinya berlari menemui ayahnya untuk diajak keliling kampung naik motor.
       “Bu, Monette mau ikut main seperti kakak-kakak di lapangan itu.” Ujar gadis kecil itu dengan semangat seolah ia masih bearada di dekat lapangan voli.
       “Apa?” wanita tiga puluhan itu kaget mendengar permintaan anak gadisnya. “Main bola?
Tidak! Anak perempuan tidak boleh main bola kaki, main bola itu pekerjaannya anak laki, kamu sekolah saja nanti jadi dokter atau jadi pramugari.” Tukasnya mengira gadis kecilnya ingin bermain bola kaki.      
       “Tidak, jadi pramugari nanti pesawatnya jatuh, Monette ikut jatuh.” Kata gadis kecil itu
dengan polosnya. 
====Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar