NOVEL
Gelombang ada di tengah samudra,
Sang
angin
menggiringnya
ke
tepian.
Hingga terhempas di
pasir.
Sebelumnya menciptakan gulungan
indah…
yang menakjubkan.
Setelah ombak pecah
pun….
ia
masih
menciptakan
garis-garis
cinta
di
atas pasir.
Setiap deburan
ombak
mengumpamakan
cinta….
Adakah yang
mampu
menghentikan
deburan
itu….???
Wahai kau cinta ……, kau
tak
terlihat tetapi bisa di rasa….,
Kau tidak di
perjual
belikan
tetapi
harga
mu
tak
ternilai..
Kau tidak pernah
mati
meski
Bumi
luluh
lantak…
Kau tak di cari tetapi kau
akan
datang….
Kau
bisa
mewarnai
hati
tapi
kau
juga
akan
menghancur
leburkan
hati.
Ternyata keberadaan mu
tak
lebih
dari
sekedar
rasa….!!!!!
Rasa takut karna
memiliki
mu.
Rasa
bersalah,
rasa
bangga
dan
semua
rasa di..
benak serta pikiran….juga
hati…semua
karna
kamu….!!!!
@@@@
CINTA
UNTUK LUKA, MANIS UNTUK PAHIT, SESAAT UNTUK SELAMANYA DAN…., MEMBERI UNTUK KEHILANGAN……@@@
DEBURAN
OMBAK
DI
TEPI
PANTAI
Riana adalah seorang guru bidang study
Bahasa Indonesia di SMU swasta Jakarta ,
memiliki
perawakan
yang menarik dengan fostur 172 cm, ideal dengan rambut hitam sebahu, wajah oval, gigi putih dan
berginsul menambah pemanis senyumnya. Usianya 27 tahun kini.
Dengan
status single, ramah juga di kenal dekat dengan murid-muridnya. Tinggal
sendirian di tempat kost dengan jarak lebih kurang 1 km dari gedung Sekolah tempatnya
mengajar.
Pagi itu pukul 05.15 seperti biasanya
Riana bangun, ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, setelah selesai sholat,
bikin kopi instans kemudian nasi goreng dengan bumbu instans pula, lalu mandi.
Setelah itu menikmati sarapan paginya di depan televisi. Seorang penyiar cantik
dan smart membaca berita ulang tayangan keganasan gelombang Tsunami di Aceh
yang nyaris meratakan Banda Aceh tepat tanggal 26 desember 2004, kejadian itu
nyaris 7 tahun yang lalu, namun dahsyatnya tidak akan terlupakan oleh seluruh
rakyat Indonesia, khususnya warga Aceh sendiri.. Dengan perkiraan menewaskan
delapan puluh ribuaan warga Aceh dan Sumatera Utara. ‘Apakah Alam sudah enggan bersahabat dengan
Manusia ?’ Bathin Riana.
Riana beranjak dari depan televisi, ia
menuju kamar mandi untuk mengosok gigi lagi kemudian dandan ala kadarnya. Riana
mengenakan lengan pendek dan rok warna krem. Riana meraih tas, sepatunya dan terakhir
mengunci pintu kontrakannya. Ia keluar melewati gang kecil dan menunggu angkot.
Riana masuk pelajaran jam pertama di
kelas 3B, ada 35 siswa 15 pria dan 20 wanita. Kemaren di ruang guru ia sempat mendengar bahwa di kelas itu akan
kedatangan murid baru dari luar negeri.
“Pagi, Bu…… “ Suara anak-anak menyambut
kedatangan Bu Riana.
“Pagi………..” Seperti biasa pula ia menjawab
sembari berjalan ke arah mejanya.
Seorang
murid yang duduk paling pojok belakang menatap Riana dengan penuh simpati,
kagum bahkan merasa jatuh cinta dengan sosok wanita yang berdiri di depan kelas
itu, Gila !!!
Riana
mengambil buku absen.
“Apa ada yang tidak masuk hari ini?“
“Ada Bu …ehh maksud saya ada murid baru,
Bu…“ jawab ketua kelas, seorang wanita.
Riana merasa bersyukur setiap mata
pelajarannya jarang ada murid yang absen. Sekilas ia menyapu pandang ke wajah
murid-muridnya, detik berikutnya seorang murid yang paling pojok berdiri lalu
memberi anggukan kecil.
“Selamat pagi Bu… “
Bisa Riana tebak fostur anak itu di
atas 180 dengan rambut cepak, menawan juga atletis.“Pagi…“
“Apa saya perlu ke depan untuk
memperkenalkan nama saya ?“ Tanya anak itu dengan sopan sekali.
“Tidak perlu, cukup dari sana saja.“ Riana
menyandar di tepi mejanya.
“Nama saya Jagat, pindahan dari….. “
“Katanya sih pindahan dari negeri
paman Sam.“ suara anak perempuan nyeletuk. Riana melirik ke arah anak itu
sekilas lalu kembali ke Jagat. Anak-anak riuh.
“Duduklah. Selamat datang di sekolah
ini.“ Riana merasa tidak perlu membuang-buang waktu di jam pelajarannya.
Uruasan Jagat berasal dari Negara mana pun tidak begitu penting. Riana mengajar
dengan santai, tegas terkadang di selingi dengan candaan ringan. Hampir semua
murid menyukai Riana karena cara mengajar Riana tidak membosankan.
Harin pertama Jagat bertemu Riana
membuatnya tidak mampu konsentrasi untuk menyerap ilmu yang di berikan karena
sibuk mengamati setiap gerakan Riana. Jantungnya berdebar aneh setiap kali
melihat mata indah milik Riana. Jam istirahat Jagat bertanya tentang Bu Riana
kepada teman sebangkunya. Yang bern ama
Boby.
“Lo naksir bu Riana, ya? “
“Huussstt… “ Jagat memegang mulut
Boby teman sebangkunya itu lalu menatap sekeliling, untung seisi kelas sudah
keluar “ Bicaranya pelan-pelan kenapa.”
“Sorry
bro…habis dari tadi gue ngeliat lo ngga ngikutin pelajaran. Bu Riana itu tidak
pernah kompromi lho dalam urusan nilai. Hati-hati aja Lo.“ Boby tertawa. Jagat
tersenyum dan Boby tidak tahu apa arti senyum itu.
“Oke, gue ke belakang dulu ya.“ Jagat
meninggalkan Boby yang bengong kayak sapi ompong. Jagat menyusuri teras sekolah
mencari ruang guru untuk bertemu Riana. Dia ingin mengatan sesuatu yang baik
karna yang baik tidak boleh di tunda. Itu Motto Jagat. Ia mengetuk pintu ruang
guru yang sedikit terbuka.
“Permisi Pak.“ Sapa Jagat setelah
seorang guru menoleh ke arahnya.
“Mencari siapa? “
“Bu Riana.“
“O, ya terus aja..ada di meja nomor
7.”
“Terima kasih pak.“ Jagat melewati
guru yang berusia sekitar empat puluhan itu. Ia melewati meja yang di batasi
rak buku. Setelah tiba di meja nomor 7 dia terpaku sesaat untuk menatap
Riana.yang sedang membaca sesuatu. Menyadari ada yang muncul Riana mengangkat
wajahnya dan mendapatkan Jagat sudah berdiri di seberang mejanya, menatapnya seraya
tersenyum.
“Siang Bu….“
“Siang, ada apa? silahkan duduk.“
Jagat
menarik kursi di sampingnya lalu duduk di sertai tarikan napas panjang.
“Ada perlu apa?“
“Mmm….saya, saya menyukai Bu Riana.“
ujar Jagat bak Pangeran mengucapkan cinta kepada sang Putri. Kedua alis Riana
bertaut, ia menyimak wajah Jagat setengah bingung. “Saya jatuh cinta sama kamu,
saya mencintai kamu Riana.“ Tambah Jagat dengan menyebut nama Riana tanpa
awalan ‘Bu’ Riana tak kuasa menahan tawanya. Ia geleng-geleng kepala sambil
tersenyum kecil.
“Terima kasih Nak, ibu menghargai
kata-katamu. Sekarang kembalilah ke kelas.“
Jagat berdiri, ia menatap Riana begitu
dekat lalu berkata pelan. “Saya sangat sungguh-sungguh dengan ucapan saya.“
Setelah berkata seperti itu ia pun meninggalkan ruang guru, meninggalkan Riana
yang kebingungan.
‘Ya Tuhan mimpi apa aku semalam?
Siang-siang begini ada murid yang mengatakan perasaannya, di ruang guru lagi.
Benar-benar aneh.‘ Riana menghela napas kemudian tersenyum.
Setelah
kembali ke kelas Jagat menarik napas lega. Beberapa siswi menghampirinya untuk
ngobrol lebih dekat tetapi sayangnya yang ada di pikiran Jagat cuma Riana.
Riana di matanya adalah sosok wanita sempurna.
---
htx
bersambung...........>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar