Selasa, 14 Mei 2013

Deburan Ombak di Tepi Pantai



NOVEL
           Gelombang ada di tengah samudra,
           Sang angin menggiringnya ke tepian.
           Hingga terhempas di pasir.
           Sebelumnya menciptakan gulungan indah… yang menakjubkan.
           Setelah ombak pecah pun….

                    ia masih menciptakan garis-garis cinta di atas pasir.
                    Setiap deburan ombak mengumpamakan cinta….

            Adakah yang mampu menghentikan deburan itu….???
           Wahai kau cinta ……, kau tak terlihat  tetapi bisa di rasa….,
           Kau tidak di perjual belikan tetapi harga mu tak ternilai..
           Kau tidak pernah mati meski Bumi luluh lantak
 
                                Kau tak di cari tetapi kau akan datang….
                                Kau bisa mewarnai hati tapi kau juga akan menghancur leburkan hati.
                                Ada dendam karna ada kau…..
                               Ada luka juga  karna ada kau…….

            Ada tawa dan air mata juga karna kau….dimana dan siapa kau…!!!
           Ternyata keberadaan mu tak lebih dari sekedar rasa….!!!!!
            Rasa takut karna memiliki mu. Rasa bersalah, rasa bangga dan semua rasa di..
           benak serta pikiran….juga hatisemua karna kamu….!!!!
@@@@



CINTA UNTUK LUKA, MANIS UNTUK PAHIT, SESAAT UNTUK SELAMANYA    DAN….,   MEMBERI UNTUK KEHILANGAN……@@@

                                 DEBURAN
                                   OMBAK
                                               DI
                                                    TEPI
                                                             PANTAI
                         

                                                             
           Riana adalah seorang guru bidang study Bahasa Indonesia di SMU swasta Jakarta, memiliki
perawakan yang menarik dengan fostur 172 cm, ideal dengan rambut  hitam sebahu, wajah oval, gigi putih dan berginsul menambah pemanis senyumnya. Usianya 27 tahun kini.
Dengan status single, ramah juga di kenal dekat dengan murid-muridnya. Tinggal sendirian di tempat kost dengan jarak lebih kurang 1 km dari gedung Sekolah tempatnya mengajar.
           Pagi itu pukul 05.15 seperti biasanya Riana bangun, ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, setelah selesai sholat, bikin kopi instans kemudian nasi goreng dengan bumbu instans pula, lalu mandi. Setelah itu menikmati sarapan paginya di depan televisi. Seorang penyiar cantik dan smart membaca berita ulang tayangan keganasan gelombang Tsunami di Aceh yang nyaris meratakan Banda Aceh tepat tanggal 26 desember 2004, kejadian itu nyaris 7 tahun yang lalu, namun dahsyatnya tidak akan terlupakan oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya warga Aceh sendiri.. Dengan perkiraan menewaskan delapan puluh ribuaan warga Aceh dan Sumatera Utara.  ‘Apakah Alam sudah enggan bersahabat dengan Manusia ?’ Bathin Riana.
           Riana beranjak dari depan televisi, ia menuju kamar mandi untuk mengosok gigi lagi kemudian dandan ala kadarnya. Riana mengenakan lengan pendek dan rok warna krem. Riana meraih tas, sepatunya dan terakhir mengunci pintu kontrakannya. Ia keluar melewati gang kecil dan menunggu angkot.
         Riana masuk pelajaran jam pertama di kelas 3B, ada 35 siswa 15 pria dan 20 wanita. Kemaren di ruang guru  ia sempat mendengar bahwa di kelas itu akan kedatangan murid baru dari luar negeri.
           “Pagi, Bu…… “ Suara anak-anak menyambut kedatangan Bu Riana.
           “Pagi………..” Seperti biasa pula ia menjawab sembari berjalan ke arah mejanya.
Seorang murid yang duduk paling pojok belakang menatap Riana dengan penuh simpati, kagum bahkan merasa jatuh cinta dengan sosok wanita yang berdiri di depan kelas itu, Gila !!!
Riana mengambil buku absen.
           “Apa ada yang tidak masuk hari ini?“
           “Ada Bu …ehh maksud saya ada murid baru, Bu…“ jawab ketua kelas, seorang wanita.
           Riana merasa bersyukur setiap mata pelajarannya jarang ada murid yang absen. Sekilas ia menyapu pandang ke wajah murid-muridnya, detik berikutnya seorang murid yang paling pojok berdiri lalu memberi anggukan kecil.
           “Selamat pagi Bu…  “
           Bisa Riana tebak fostur anak itu di atas 180 dengan rambut cepak, menawan juga atletis.“Pagi…“
           “Apa saya perlu ke depan untuk memperkenalkan nama saya ?“ Tanya anak itu dengan sopan sekali.
           “Tidak perlu, cukup dari sana saja.“ Riana menyandar di tepi mejanya.
           “Nama saya Jagat, pindahan dari….. “
           “Katanya sih pindahan dari negeri paman Sam.“ suara anak perempuan nyeletuk. Riana melirik ke arah anak itu sekilas lalu kembali ke Jagat. Anak-anak riuh.
           “Duduklah. Selamat datang di sekolah ini.“ Riana merasa tidak perlu membuang-buang waktu di jam pelajarannya. Uruasan Jagat berasal dari Negara mana pun tidak begitu penting. Riana mengajar dengan santai, tegas terkadang di selingi dengan candaan ringan. Hampir semua murid menyukai Riana karena cara mengajar Riana tidak membosankan.
           Harin pertama Jagat bertemu Riana membuatnya tidak mampu konsentrasi untuk menyerap ilmu yang di berikan karena sibuk mengamati setiap gerakan Riana. Jantungnya berdebar aneh setiap kali melihat mata indah milik Riana. Jam istirahat Jagat bertanya tentang Bu Riana kepada teman sebangkunya. Yang bernama Boby.
           “Lo naksir bu Riana, ya? “
           “Huussstt… “ Jagat memegang mulut Boby teman sebangkunya itu lalu menatap sekeliling, untung seisi kelas sudah keluar “ Bicaranya pelan-pelan kenapa.”
           “Sorry bro…habis dari tadi gue ngeliat lo ngga ngikutin pelajaran. Bu Riana itu tidak pernah kompromi lho dalam urusan nilai. Hati-hati aja Lo.“ Boby tertawa. Jagat tersenyum dan Boby tidak tahu apa arti senyum itu.
           “Oke, gue ke belakang dulu ya.“ Jagat meninggalkan Boby yang bengong kayak sapi ompong. Jagat menyusuri teras sekolah mencari ruang guru untuk bertemu Riana. Dia ingin mengatan sesuatu yang baik karna yang baik tidak boleh di tunda. Itu Motto Jagat. Ia mengetuk pintu ruang guru yang sedikit terbuka.
           “Permisi Pak.“ Sapa Jagat setelah seorang guru menoleh ke arahnya.
           “Mencari siapa? “
           “Bu Riana.“
           “O, ya terus aja..ada di meja nomor 7.”
           “Terima kasih pak.“ Jagat melewati guru yang berusia sekitar empat puluhan itu. Ia melewati meja yang di batasi rak buku. Setelah tiba di meja nomor 7 dia terpaku sesaat untuk menatap Riana.yang sedang membaca sesuatu. Menyadari ada yang muncul Riana mengangkat wajahnya dan mendapatkan Jagat sudah berdiri di seberang mejanya, menatapnya seraya tersenyum.
           “Siang Bu….“
           “Siang, ada apa? silahkan duduk.“
Jagat menarik kursi di sampingnya lalu duduk di sertai tarikan napas panjang.
           “Ada perlu apa?“
           “Mmm….saya, saya menyukai Bu Riana.“ ujar Jagat bak Pangeran mengucapkan cinta kepada sang Putri. Kedua alis Riana bertaut, ia menyimak wajah Jagat setengah bingung. “Saya jatuh cinta sama kamu, saya mencintai kamu Riana.“ Tambah Jagat dengan menyebut nama Riana tanpa awalan ‘Bu’ Riana tak kuasa menahan tawanya. Ia geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil.
           “Terima kasih Nak, ibu menghargai kata-katamu. Sekarang kembalilah ke kelas.“
           Jagat berdiri, ia menatap Riana begitu dekat lalu berkata pelan. “Saya sangat sungguh-sungguh dengan ucapan saya.“ Setelah berkata seperti itu ia pun meninggalkan ruang guru, meninggalkan Riana yang kebingungan.
           ‘Ya Tuhan mimpi apa aku semalam? Siang-siang begini ada murid yang mengatakan perasaannya, di ruang guru lagi. Benar-benar aneh.‘ Riana menghela napas kemudian tersenyum.
Setelah kembali ke kelas Jagat menarik napas lega. Beberapa siswi menghampirinya untuk ngobrol lebih dekat tetapi sayangnya yang ada di pikiran Jagat cuma Riana. Riana di matanya adalah sosok wanita sempurna.
---
htx
bersambung...........>>>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar